Ragam – Peluang Indonesia untuk menjadi tuan rumah ajang olahraga terakbar di dunia, Olimpiade, dinilai sangat terbuka lebar.
Etienne Thobois, tokoh sentral di balik kesuksesan penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade Paris 2024, menyebut bahwa Indonesia memiliki karakteristik geografis dan budaya yang kuat untuk mewujudkan hal tersebut.
Dalam pandangannya yang disampaikan pada acara Momentum Riyadh 2025, Kamis (11/12/2025), Thobois menekankan bahwa kunci keberhasilan tuan rumah di era modern bukan lagi sekadar kemegahan infrastruktur, melainkan inklusivitas.
Indonesia harus mampu mengubah paradigma penyelenggaraan menjadi pesta yang bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir elit.
“Ide dasarnya sangat sederhana, siapa saja yang ingin terhubung dengan Olimpiade harus memiliki kesempatan untuk melakukannya,” ujar Thobois, seperti dikutip dari Liputan6.
Ia menyarankan Indonesia untuk mengadopsi konsep “ruang kota sebagai arena bermain” (city as a playground).
Di Paris 2024, hal ini terbukti sukses lewat program seperti Marathon For All dan arak-arakan obor (Torch Relay).
Menurutnya, Indonesia yang luas sangat cocok mereplikasi Torch Relay untuk menjangkau masyarakat di berbagai pulau.
“Indonesia negara yang luas dan luar biasa. Kuncinya adalah menggunakan ruang kota sebagai tempat berinteraksi,” tambahnya.
Selain itu, Thobois menyoroti strategi digital dan fanzone sebagai solusi paling realistis dan mudah diadopsi oleh Indonesia.
Mengingat kapasitas stadion yang terbatas, fanzone atau area nonton bareng dengan layar lebar di pusat-pusat kota bisa menjadi jembatan bagi jutaan warga untuk merasakan euforia kompetisi.
“Fanzone adalah cara paling mudah. Di Paris, kami punya lebih dari 200 titik. Cukup pasang layar besar di kota dan biarkan orang menonton bersama. Dengan negara seberagam Indonesia, banyak ide kreatif bisa muncul untuk menghubungkan orang-orang ini,” jelasnya.
Namun, Thobois juga memberikan peringatan keras terkait “warisan” (legacy). Ia mengingatkan pemerintah dan pemangku kepentingan di Indonesia agar tidak terjebak pada kemeriahan sesaat.
Perencanaan tentang apa yang akan ditinggalkan untuk masyarakat pasca-Olimpiade harus dirancang sejak hari pertama.
Sebagai contoh, Paris 2024 berhasil meninggalkan lebih dari 5.000 fasilitas olahraga komunitas di seluruh Prancis. Hal ini membuktikan bahwa Olimpiade bisa menjadi katalisator pembangunan fisik sekaligus mental generasi muda.
“Legacy harus dipikirkan sejak awal. Bukan hanya soal eksposur media, tetapi apa manfaat nyata yang Anda tinggalkan untuk masyarakat,” pungkas Thobois.





