Luwu – Pelaksanaan Adat Balik Gandangna “La’te Situju Lisa’na Luwu” untuk mengenang almarhum Syukur Bijak menjadi momentum refleksi budaya sekaligus pemersatu Wija To Luwu.

Prosesi adat yang sarat makna ini dirangkaikan dengan syukuran keluarga dan digelar di Bukit Batustandu, Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu.

Dalam sambutannya, Bupati Luwu, H. Patahudding, menyampaikan penghargaan dan apresiasi setinggi-tingginya kepada keluarga besar almarhum Syukur Bijak serta para pemangku adat yang dengan penuh tanggung jawab dan kecintaan terus menjaga, melestarikan, dan menghidupkan nilai-nilai adat serta kearifan lokal di Tana Luwu.

Menurut Bupati Patahudding, Adat Balik Gandangna yang dilaksanakan keluarga besar Almarhum Syukur Bijak, bukan sekadar rangkaian prosesi seremonial, melainkan simbol penghormatan, pemuliaan, serta pengakuan atas jasa dan peran seseorang semasa hidupnya.

Tradisi ini mencerminkan keluhuran nilai adat Luwu yang menempatkan manusia dalam bingkai kehormatan, pengabdian, dan keteladanan.

“Melalui adat ini, kita diajarkan tentang nilai Sipakatau, Sipakalabbiri, dan Sipakainge’ yang menjadi pondasi utama kehidupan bermasyarakat di Tana Luwu. Nilai-nilai inilah yang harus terus dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Bupati.

Ia juga berharap agar para pemimpin, baik dalam pemerintahan maupun adat, dapat menjadi suri teladan bagi masyarakat, dengan menjunjung tinggi nilai moral, kejujuran, dan kebijaksanaan dalam menjalankan amanah.

Lebih lanjut, Bupati menegaskan bahwa hubungan antara pemerintah daerah dan lembaga adat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Keduanya memiliki peran berbeda, namun tujuan yang sama, yakni menjaga ketertiban, kesejahteraan, serta kelestarian nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat.

“Peran lembaga adat sangat vital dalam mendukung kemajuan pembangunan daerah, khususnya dalam pelestarian budaya,” kata Patahudding.

“Karena itu, Pemerintah Kabupaten Luwu terus berupaya membangun ekosistem budaya yang kuat agar nilai-nilai adat tidak punah di tengah arus modernisasi,” tegasnya.

Menurut Patahudding, Almarhum Syukur Bijak dikenal sebagai sosok pemimpin yang arif dan bijaksana, sebagaimana makna namanya.

Ia dikenal tegas, berintegritas, serta konsisten dalam menjalankan tugas, baik dalam pemerintahan maupun dalam struktur adat Kedatuan Luwu.

Melalui pelaksanaan adat Balik Gandangna ini, masyarakat tidak hanya mengenang sosok beliau, tetapi juga meneguhkan kembali nilai-nilai luhur yang telah diwariskannya.

Dalam salah satu falsafah Luwu disebutkan, “Ajangna taitai batti padai mani-mani puttu pottolona paterre-terre,” yang bermakna jangan sampai terjadi seperti untaian manik-manik yang putus benangnya, sehingga terhambur ke mana-mana.

Falsafah ini menjadi pengingat pentingnya persatuan dan ikatan kebersamaan.

“Oleh karena itu, acara ini diharapkan menjadi pattolo, yakni momentum pemersatu bagi kita semua Wija To Luwu. Kita ibaratkan sebagai manik-manik yang akan tercerai-berai jika tidak disatukan dalam satu ikatan tali silaturahmi,” kata Bupati.

Pada kesempatan tersebut, Bupati Patahudding juga menyampaikan doa dan harapan kepada keluarga besar almarhum agar senantiasa diberikan ketabahan, keikhlasan, dan kekuatan.

Ia mengajak seluruh hadirin untuk mendoakan almarhum Syukur Bijak agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, diampuni segala khilafnya, serta diterima seluruh amal kebaikannya.

“Sebagaimana falsafah Luwu yang kita pedomani bersama, naiya tomalempue napolai lino, orang yang lurus hidupnya akan dikenang oleh dunia,” tuturnya.

Sebagai penutup, Bupati mengajak seluruh hadirin untuk bersama-sama mendoakan almarhum sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, khususnya untuk almarhum Syukur Bijak. Al-Fatihah… Amin.

Sebagai informasi, Wakil Bupati Luwu, Syukur Bijak, wafat pada Kamis, 6 April 2023.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *