Parepare – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) berkolaborasi dengan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ujung menggelar kegiatan sosialisasi bertajuk “Cegah Pernikahan Dini, Putus Rantai Stunting” di dua sekolah di Kota Parepare, yaitu di SMPN 4 Kecamatan Ujung pada Selasa (29/7), dan di SMKN 2 Parepare pada Rabu (30/7).

Kegiatan ini menjadi bentuk kepedulian nyata terhadap masa depan generasi muda, khususnya dalam upaya preventif terhadap pernikahan usia dini dan dampaknya terhadap kesehatan anak, seperti stunting. Sosialisasi ini dirancang untuk menyentuh langsung akar permasalahan melalui pendekatan edukatif kepada kalangan pelajar sebagai garda terdepan perubahan sosial.

Dalam sambutannya, dua perwakilan mahasiswa KKN, Agnestasya Bulo dan Vania Amelinda, menyampaikan pesan inspiratif kepada para siswa

“Hari ini, kami bukan sekadar datang untuk menyampaikan materi. Kami datang membawa harapan agar adik-adik di sini tumbuh menjadi generasi cerdas, sehat, dan sadar masa depan. Menunda pernikahan hingga usia matang bukan hanya soal kesiapan mental dan ekonomi, tetapi juga bentuk kecintaan pada diri sendiri serta upaya mencegah stunting”

KUA Kecamatan Ujung menyampaikan materi dengan pendekatan humanis dan mendalam. Dalam paparannya, ia menegaskan

“Menikah itu suci, tapi harus dipersiapkan secara matang. Banyak pasangan muda yang belum siap, lalu anaknya jadi korban stunting. Edukasi seperti ini sangat penting untuk membuka mata dan hati generasi muda.”
Materi sosialisasi mencakup empat pokok bahasan utama:

Dampak psikologis, sosial, dan ekonomi dari pernikahan usia dini.

Keterkaitan antara pernikahan dini dan kasus stunting pada anak.

Peran remaja dan keluarga dalam upaya pencegahan stunting.

Perspektif hukum terkait batas usia legal menikah dan konsekuensinya.

Sesi diskusi menjadi momen paling dinamis. Antusiasme para siswa terlihat dari banyaknya pertanyaan dan tanggapan yang muncul. Salah satu siswa mengungkapkan

“Ternyata menikah muda itu banyak risikonya, terutama kalau belum siap. Saya jadi sadar kalau kita harus punya mimpi dulu, sekolah tinggi, baru pikirkan menikah. Saya ingin jadi dokter dan bantu anak-anak yang kena stunting”

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang penyuluhan, namun juga pemantik kesadaran kolektif tentang pentingnya menyiapkan masa depan generasi sejak dini. Mahasiswa KKN berharap, nilai-nilai yang ditanamkan akan terus hidup dalam pikiran dan tindakan para pelajar, orang tua, dan masyarakat luas.

Dengan menunda pernikahan dini, kita tidak hanya melindungi masa depan anak-anak dari risiko stunting, tetapi juga meletakkan pondasi menuju generasi emas Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkualitas

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *