Luwu – Mencermati adanya risiko bencana yang terus-menerus terjadi di wilayah Kabupaten Luwu, Kapolres Luwu, AKBP Arisandi, menyampaikan himbauan kewaspadaan serta mendorong partisipasi aktif dari seluruh pihak agar masyarakat memiliki kesadaran terhadap bencana.

Sepanjang tahun 2024, tercatat sudah belasan kejadian bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Luwu yang meliputi banjir dan tanah longsor. Hal tersebut tidak terlepas dari tingginya curah hujan yang terjadi sebagai dampak perubahan iklim pasca el-nino. Yang terparah adalah bencana tanah longsor di Desa Bonglo Kecamatan Bastem Utara pada pertengahan Februari 2024 yang menelan 5 korban meninggal dunia.

Oleh karenanya, Kapolres Luwu menyampaikan beberapa himbauan kewaspadaan terhadap tanah longsor, sebagai berikut :

  1. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang labil.
  2. Melestarikan vegetasi untuk memperlambat erosi dengan tidak menggunduli atau menebang pohon sembarangan.
  3. Memperhatikan fungsi drainase agar tidak tersumbat dan air mengalir pada selokan yang sudah disiapkan.
  4. Menutup rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke dalam tanah.
  5. Monitor informasi cuaca dan waspada curah hujan yang tinggi.
  6. Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya longsoran.
  7. Apabila hujan masih turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor susulan.

Demikian pula dengan kewaspadaan terhadap banjir, berikut himbauan Kapolres Luwu :

  1. 1. Menyimak informasi cuaca dan peringatan dini
  2. Tidak membuang sampah di sungai
  3. Tidak mendirikan bangunan di bantaran sungai dan aliran air
  4. Menyiapkan tas siaga bencana (berisi makanan, minuman ringan, obat-obatan dan surat-surat penting)
  5. Saat banjir :
  6. Mematikan aliran listrik dan gas
  7. Mengambil tas siaga bencana
  8. Pergi ke tempat yang lebih tinggi
  9. Menginformasikan lokasi tempat berkumpul untuk evakuasi

Saat harus mengungsi :

  1. Meninggalkan lokasi tergenang air
  2. Menghindari dan mewaspadai arus air yang kuat dan genangan yang dalam
  3. Menjauhi tiang listrik atau sumber listrik
  4. Menunggu arahan pihak yang berwenang dan jangan kembali ke rumah sebelum surut.

“Kita berharap dukungan, kolaborasi dan partisipasi aktif dari seluruh pihak untuk bersama-sama meminimalisir kerugian akibat bencana, baik materil maupun korban jiwa. Sehingga kesadaran akan bencana perlu kita sampaikan kepada seluruh pihak dan masyarakat kita.” ungkap AKBP Arisandi.

Untuk mewujudkan penanggulangan bencana yang berkelanjutan memang diperlukan strategi khusus, termasuk peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat, serta pelibatan komunitas. pelayanan informasi rawan bencana serta pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan adalah hal yang tidak kalah penting disamping pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban saat bencana sudah terjadi.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *