Islam – Mushaf berarti “halaman” secara harfiah, yang berarti dua naskah yang terikat pada dua papan, atau lembaran yang terikat.
Wahyu Allah SWT yang dikirim oleh Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW tersebar luas sebelum mushaf Quran dikumpulkan seperti yang kita kenal sekarang.
Khalifah Sayidina Abu Bakar As Shiddiq adalah orang pertama yang berpikir untuk mengumpulkan mushaf Quran. Sayidina Umar bin Khatab awalnya khawatir karena banyak pengahafal Quran yang mati dalam Perang Yamamah. Dalam perang tersebut, sekitar 70 hafidz tewas.
Pada tahun 632 Masehi, Sayidina Abu Bakar memimpin Perang Yamamah. Pasukan muslim yang dipimpin oleh Panglima perang Khalid bin Walid berhasil menumpas perlawanan terhadap Musailamah al Kahzab, yang dianggap sebagai nabi palsu. Sebaliknya, tujuh puluh penghafal Quran juga hilang dari komunitas muslim.
Situasi ini menggelisahkan Sayidina Umar, yang segera meminta Abu Bakar untuk mengkodekan Quran. Pada awalnya, Abu Bakar menolak permintaan itu karena dianggap tidak pernah dilakukan Nabi SAW sebelumnya.
Namun, Umar terus mendorong Abu Bakar dengan berbagai alasan. Ini termasuk kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang selalu memeriksa wahyu Allah SWT setelah dicatat oleh para sahabatnya.
Di masa lalu, Nabi SAW selalu memeriksa dan meminta para sahabatnya mengulang apa yang diajarkan kepadanya.
Menurut Shahih Bukhari, Nabi SAW mencocokkan al-Quran yang diturunkan Allah kepadanya dengan al-Quran yang dihafal oleh para hafidz sebelum wafat.
Al-Quran yang dihafal di kepala para hafidz adalah replika dari al-Quran yang dihafal langsung oleh Nabi SAW. Ini karena Nabi SAW meminta para hafidz membacakan surat dan ayat demi ayat.
Problemnya adalah bahwa karena syahid dalam perang, jumlah hafidz semakin berkurang.
Dengan argumen ini, Abu Bakar akhirnya berhasil juga. Ia kemudian memerintahkan rekan-rekannya untuk memulai proyek besar: mengkodifikasi Al Quran.
Sebuah tim kecil yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thali, dan Ubay bin Ka’ab ditugaskan oleh Abu Bakar untuk melakukan pekerjaan besar ini. Tim ini menelusuri dan mengumpulkan al-Quran dari pelepah korma, lembaran kulit, dan juga dari hafalan beberapa sahabat.
Pada masa itu, tidak jelas apakah ayat-ayat Quran telah disalin atau masih dalam bentuk aslinya, seperti pelepah kurma, kulit unta, kambing, tulang, atau kayu. Semuanya jelas terikat atau digabungkan menjadi satu. Tim ini bekerja selama satu tahun dan selesai sebelum Abu Bakar meninggal.
Mushaf pertama ini disimpan di rumah Umar bin Khattab selama pemerintahan Abu Bakar. Setelah Umar wafat, mushaf ini kemudian disimpan di rumah Hafsah, putri Abu Bakar.
Selanjutnya terjadi peristiwa yang jika dibiarkan dapat memecah kesatuan Islam: serangan tentara Islam ke wilayah Armenia dan Azerbaijan.
Terjadi perselisihan pendapat di kalangan kaum muslimin tentang tilawah (bacaan) al-Quran. Hudzaifah bin al-Yaman tiba-tiba menghadap khalifah.
Ketika pasukan perang Islam dari Irak dan Syam bertemu, mereka berbeda. Pasukan dari Syam membaca qira’at Ubai bin Ka’ab, sementara pasukan dari Irak membaca qira’at Ibnu Mas’ud, keduanya mengklaim bahwa bacaan mereka yang paling benar.
Ini sangat berpotensi menyebabkan perselisihan yang berkepanjangan, menurut Ustman. Namun, cara membaca atau qiroat tidak menjadi masalah di zaman Nabi SAW.
Untuk mencegah konflik di kalangan umat Islam, Ustman akhirnya memutuskan untuk menyalin dan membukukan mushaf quran tersebut.
Lalu, Utsman bin Affan menyuruh pengikutnya meminjam mushaf yang ada di rumah Hafsah untuk disalin. Selain itu, ia membentuk komite penyalin Al-Quran yang dipimpin oleh Zain bin Tsabit dan terdiri dari Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-Ash, dan Abdul al-Rahman bin Harits bin Hisyam.
Mereka ditugaskan untuk membukukan dan menyalin kertas yang telah dikumpulkan selama masa Abu Bakar menjadi lima mushaf. Utsman meminta panitia untuk membuat pedoman tentang cara orang-orang yang hafal al-Quran membacanya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa jika mereka berselisih tentang apa yang harus dibaca, itu harus ditulis dalam dialek Quraisy, karena al-Quran turun dalam dialek.(*)