Islam – Umat Islam di seluruh dunia merayakan Tahun Baru Islam 1447 Hijriah pada Jumat (27/06/2025), bertepatan dengan 1 Muharram.

Berbeda dengan kalender Masehi yang berbasis matahari, kalender Hijriah mengikuti peredaran bulan, sehingga tahun baru dalam Islam menjadi momen refleksi spiritual dan momentum pembelajaran nilai-nilai sejarah keagamaan.

Penanggalan Islam pertama kali disusun pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, sekitar 17 tahun setelah hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah pada 622 Masehi.

Dari beberapa opsi – seperti kelahiran atau wafat Nabi – akhirnya hijrah dipilih sebagai awal tahun baru Hijriah, karena peristiwa tersebut melambangkan perubahan peradaban dan pembentukan tatanan masyarakat berdasarkan prinsip Al‑Qur’an dan Sunnah.

Muharram sendiri berarti ‘bulan yang disucikan’, menjadikannya simbol kesucian dan awal perjalanan spiritual yang baru. Penggunaan kalender mulai dari terbenamnya matahari menandai start hari dalam Islam, berbeda dengan sistem Masehi.

Menurut Fakhrurazi, tokoh keagamaan dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Tahun Baru Islam bukan sekadar pergantian tanggal tetapi panggilan untuk memperkokoh iman, menghindari maksiat, dan memperkuat ikatan sosial.

Ia menegaskan, perayaan seperti pawai obor, doa bersama, selawat, atau sajian makanan islami sah dilakukan asalkan tidak menyalahi akidah dan memberi manfaat bagi publik.

Ia juga menyarankan institusi pendidikan tinggi mengadakan kegiatan ilmiah dan kajian keislaman, sehingga pergantian tahun Islam menjadi kesempatan pengembangan ilmu dan spirit keumatan.

Melalui momentum 1 Muharram ini, umat diingatkan untuk terus membangun peradaban produktif dan tidak hanyut dalam aktivitas sia‑sia seperti pesta berlebihan atau petasan.

Justru, momen ini sebaiknya menjadi pemantik kegiatan yang bernilai seperti pengembangan wawasan dan karya untuk kemaslahatan.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *