
Indonesia kini menegaskan diri sebagai pusat utama industri halal global.
Pertumbuhan signifikan ini didorong oleh konsumsi domestik yang masif, ekspansi pasar ekspor, serta berbagai pameran industri yang sukses.
Berbagai data menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar konsumen terbesar, tetapi juga mulai diperhitungkan sebagai pusat produksi dan distribusi produk halal dunia.
Salah satu langkah konkret dalam menggaungkan potensi nasional adalah penyelenggaraan Halal Indo 2025, yang akan digelar Kamis-Minggu (25/09/2025 – 28/09/2025) di ICE BSD City, Tangerang.
Ajang ini menargetkan transaksi komitmen hingga USD380 juta dengan pengunjung tak kurang dari 13.000 orang lokal maupun internasional.
Pameran ini menghadirkan produk-produk dari sektor makanan, minuman, fashion muslim, farmasi, kosmetik, edukasi hingga pariwisata ramah Muslim, serta forum bisnis lintas pelaku industri.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menegaskan pentingnya penguatan ekosistem nasional agar Indonesia tak sekadar menjadi pasar, namun penghasil utama dalam rantai pasok halal global.
Ia menyoroti kontribusi industri halal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,03% pada 2024, dan posisi Indonesia yang kini berada di peringkat ketiga Global Islamic Economy Indicator 2023/2024 setelah Malaysia dan Arab Saudi.
Pangsa pasar halal global pada 2025 diperkirakan mencapai US$1,3 triliun, memberikan peluang besar bagi Indonesia sebagai negara dengan lebih dari 230 juta penduduk Muslim.
Konsumsi produk halal dalam negeri mencapai sekitar US$330,5 miliar, kontribusi setara 20% dari PDB.
Ekspor industri halal Indonesia juga terus meningkat, didominasi sektor makanan dan minuman yang mencapai lebih dari 80% dari total ekspor halal nasional pada 2024.
Pemerintah telah menargetkan sertifikasi halal massal, dengan capaian lebih dari 162 ribu produk bersertifikat dan gencar mendorong kolaborasi pelaku usaha, BUMN, UMKM hingga lembaga internasional.
Upaya ini diperkuat oleh pameran-pameran berskala internasional seperti Indonesia International Halal Festival 2025, yang menampilkan lebih dari 80 exhibitor dan rangkaian agenda edukasi, kajian, serta hiburan.
Meski peluang besar terbuka lebar, sejumlah tantangan masih harus diatasi, seperti perbedaan standar halal global, keterbatasan akses UMKM ke pasar ekspor, hingga infrastruktur dan SDM yang mesti ditingkatkan.
Kompetisi dengan Malaysia, Turki, Brunei, serta negara-negara non-Muslim seperti Australia dan Thailand juga makin ketat.
Namun, pemerintah optimistis dapat menjadikan Indonesia sebagai produsen dan eksportir halal utama dengan penguatan branding, inovasi, serta digitalisasi distribusi dan sertifikasi halal.
Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) juga terus mendorong pembukaan pasar baru, tidak hanya ke negara-negara Muslim tetapi juga non-Muslim.
Hal ini mencerminkan tren perubahan gaya hidup konsumen global yang semakin mengutamakan produk halal, dari sektor makanan hingga farmasi dan fesyen muslim.
Industri halal telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru, bukan sekadar identitas agama melainkan gaya hidup global yang berkontribusi nyata pada lapangan kerja, inovasi produk, dan dukungan investasi syariah.
Dengan terus memperkuat infrastruktur, digitalisasi, kolaborasi, serta literasi halal, Indonesia diyakini siap menjadi pusat industri halal dunia pada 2025—melangkah dari pasar konsumen terbesar menuju titik sentral produksi dan perdagangan halal internasional.