Batasi Waktu Pelayanan

Luwu – Buruknya pelayanan kesehatan di Desa Bassiang Timur, Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu, dikeluhkan warga, hal ini disebabkan karena bidan desa yang bertugas menentukan jam pelayanan pada warga dan sikap kurang ramah terhadap calon pasien.

Pengaturan jam pelayanan yang diterapkan secara sepihak itu tidak sesuai kebutuhan warga. Bidan Desa Bassiang Timur itu bernama Rahmi, yang sudah lama bertugas di desa tersebut, di depan dinding pustu tempat ia bertugas tertulis pengumuman pelayanan, Senin-Kamis melayani pukul 08:30-13.00 wita, sementara pada hari Jum’at hanya melayani sampai pukul 11.00 wita dan pada Sabtu melayani pada pukul 08:30-12.00 wita, dan pada Ahad sepertinya tidak ada pelayanan. Mirip dengan pengumuman dokter praktik. Menurut Bidan Rahmi begitulah memang jam pelayanan.

Warga sering kali mengalami kesulitan mendapatkan pelayanan di luar jam tersebut. Bahkan, aduan dari beberapa warga mengatakan pintu pustu sering kali ditutup ketika pasien datang di luar jam yang telah ditentukan.

Beberapa warga dari sekian banyak yang mengalami pengalaman tidak enak itu, membeberkan ketika mencoba mendapatkan bantuan kesehatan di luar jam pelayanan yang telah ditentukan, sejumlah di antaranya mengalami sikap tidak ramah dari bidan yang bersangkutan. Sebagian warga memilih mencari alternatif lain, meski dengan biaya tambahan, demi mendapatkan pelayanan yang lebih baik, seperti mendatangi bidan lain yang berdomisili di desa yang sama.

Papan pengumuman tertulis ada nomor darurat namun jika di telpon tidak responsif, dipesan whatsapp kerap tidak aktif. Masyarakat juga dibuat bingung darurat itu seperti apa versi bidan tersebut karena ketika masyarakat datang minta dilayani itu berarti mereka butuh pertolongan kesehatan. Selain menentukan jam pelayanan ia juga malas berkunjung ke rumah pasien. Padahal warga juga tidak setiap hari ada yang sakit.

Bahkan ada warga yang mengaku pernah adu mulut dengannya karena datang pada pagi hari dan sikap tidak ramah diperlihatkan, serta tidak mendapatkan pelayanan

“Kenapa ki pagi sekali datang,”ujar salah seorang warga.

Hal yang sama diungkapkan oleh warga Bassiang Timur yang datang ketika tubuh anaknya tiba-tiba demam sore hari, ia ke pustu juga diperlakukan sama.

“Kenapa baru datang sekarang sudah mau magrib dengan wajah yang masam sembari berkata tidak ada obat kemudian saya mau pergi dia panggil ka lagi ini ada ji obat dengan nada ketus, dan saya sudah malas ambil itu obat, sejak itu saya tidak pernah mau ke pustu lagi, mending ke bidan lain biar mi dibayar, “ungkap inisial R.

Bukan hanya sampai di situ pelayanan buruk ini juga terjadi pada seseorang yang mendatangi pustu Bassiang Timur, nyaris satu jam ia menunggu barulah dilayani.

“Waktu itu dia kerja ikan berdua dengan temannya, hampir saya satu jam berdiri baru dilayani, nanti selesai ikannya,” ungkapnya yang inisial D.

Ada lagi warga berinisial I, menurutnya pernah mamanya sakit pada hari Ahad dan mencoba ke pustu berharap ada pertolongan pertama, namun diabaikan.

“Katanya bu bidan dia juga mau istirahat, sejak itu saya berat melangkah ke sana karena saat itupun berapa kali saya ketuk baru dibuka, tapi juga tidak dilayani, “ujarnya.

Satu lagi pengakuan warga yang pernah bisul pada telinga, inisial E, rasa sakit itu sudah membuatnya lemas, suaminya ke pustu untuk meminta pertolongan ke Bidan Rahmi datang melihatnya.

“Suamiku kusuruh pergi panggil tapi katanya makkapurung i jadi itu alasannya tidak mau datang sehingga saya yang ke pustu,” ungkapnya.

Bahkan ironisnya pernah ada warga minta tolong untuk datang ke rumahnya karena neneknya sedang sakit, setidaknya untuk melihat kondisinya, ia enggan datang dan hanya mengatakan.

“mau diapa na penyakit sudah tua mi, ” ujar M menirukan.

Selain itu seorang warga Desa Bassiang Timur melalui whatsapp bercerita ke LiteX.co.id, katanya anaknya pernah sakit muntaber dengan penuh dramatis barulah anaknya mendapatkan pelayanan di malam hari itu.

“Saya tidak akan mau ma ke pustu daripada seperti tidak senang kalau ada warga datang,” ujarnya.

Echa yang merupakan warga Bassiang Timur, pada Sabtu ( 16/03) pukul, 07:08 wita, mendatangi pustu karena sedang sakit, agar bisa mendapatkan pertolongan kesehatan, 10 kali ketuk pintu tapi diabaikan, padahal di dalam diketahui ada penghuninya. Saat ditelpon 3 kali tidak dijawab dan dikirimkan pesan singkat via Whatsapp awalnya tidak aktif, lalu 25 menit kemudian, lalu menjawab, “saya baru bangun karena memang jam 8 baru pelayanan, kami siap layani 24 jam kalau partus, kecelakaan, ” ujarnya.

Ia justru kembali menyalahkan sifat warga yang dianggapnya tidak mengerti. Kepala Puskesmas Ponrang Selatan, Sari, ketika dikonfirmasi mengatakan terimakasih atas informasinya sembari berkata, “mohon juga pengertiannya bu, nanti saya bicara sama pak desa ta karena pak desa kan binaannya itu bidan desa, ” ujarnya via telpon.

Lalu kemudian Kapus Ponsel, Sari, berkata lagi, “saya punya wewenang ya bu, itu bidan saya syukur ada bidan di kampung ta, ” ungkapnya seolah melindungi.

Kepala Desa Bassiang Timur, Sukirman ketika dikonfirmasi dan mengetahui ada pembatasan pelayanan dan sikap tak ramah Bidan Rahmi hanya berkata, “iya ya salah juga itu, ” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu, dr. Rosnawary, dikonfirmasi via telpon berjanji akan turun langsung melihat kondisi. “Nanti saya telpon bu kapus nya dan saya akan turun langsung, ” ujarnya.

Harapan warga, dengan perbaikan yang dilakukan, masyarakat Desa Bassiang Timur dapat merasakan manfaat sebenarnya dari kehadiran bidan desa, yakni kemudahan akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik. (kartini)

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *