
Internasional -Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya ketegangan bersenjata antara Iran dan Israel yang telah merenggut ratusan korban jiwa serta mengancam kestabilan di kawasan Timur Tengah.
Dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan yang berlangsung di Markas Besar PBB, New York, pada Jumat (13/06/2025), sejumlah pejabat senior PBB menyerukan penghentian kekerasan serta pentingnya menahan diri untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Pertemuan ini digelar setelah serangan udara masif yang dilancarkan Israel terhadap wilayah Iran.
Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), melaporkan bahwa serangan ke fasilitas pengayaan uranium di Natanz menyebabkan kerusakan besar. Ia menyebut adanya kontaminasi radiologis dan kimiawi yang mengancam lingkungan sekitar.
“Saya ingin menegaskan kembali bahwa dalam kondisi apa pun, fasilitas nuklir tidak boleh dijadikan target. Aksi seperti ini membawa risiko besar bagi keselamatan manusia dan lingkungan,” ujar Grossi, dikutip dari Al Jazeera.
Grossi menambahkan, pihaknya siap mengirimkan tim ahli jika diminta, untuk membantu proses pengamanan fasilitas nuklir yang terdampak.
Ia juga mengimbau seluruh pihak untuk mengedepankan “penahanan maksimal” guna mencegah terjadinya konflik yang lebih luas.
Dalam kesempatan yang sama, Rosemary DiCarlo, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian, kembali menekankan pentingnya jalur diplomasi.
“Hanya lewat dialog dan diplomasi kita dapat memastikan bahwa program nuklir Iran tetap bersifat damai dan terhindar dari konflik berkepanjangan,” tegas DiCarlo.
Sementara itu, Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, mengutuk keras serangan Israel yang dinilainya sebagai “deklarasi perang” dan pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
Ia melaporkan bahwa setidaknya 78 warga Iran tewas, sementara lebih dari 320 lainnya terluka akibat serangan tersebut.
Iravani juga menyebut Amerika Serikat turut bertanggung jawab karena telah memberikan dukungan intelijen dan politik kepada Israel.
“Setiap bentuk dukungan kepada Israel di saat ini adalah dukungan terhadap kejahatan perang,” kata Iravani.
Menanggapi tuduhan Iran, perwakilan Amerika Serikat, McCoy Pitt, membantah adanya keterlibatan militer AS dalam serangan tersebut.
Namun, ia menegaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri. Pitt juga memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi konsekuensi serius bila menyerang kepentingan Amerika di kawasan.
Sementara itu, perwakilan Israel, Danny Danon, menyatakan bahwa operasi militer terhadap fasilitas nuklir Iran merupakan langkah pencegahan.
“Iran hampir mencapai tahap produksi bom nuklir. Kami bertindak demi melindungi rakyat kami dari ancaman eksistensial,” ujar Danon.
Ia menambahkan, “Apakah dunia ingin kami menunggu sampai bom itu siap diluncurkan ke Tel Aviv?”
Ketegangan semakin memuncak setelah Iran merespons dengan meluncurkan rudal ke beberapa kota utama di Israel, termasuk Tel Aviv, Yerusalem, dan Haifa.
Serangan balasan tersebut dilakukan setelah sejumlah pejabat militer dan ilmuwan nuklir Iran tewas dalam serangan Israel.
PBB terus mengupayakan jalan tengah guna meredakan ketegangan.
Meskipun Dewan Keamanan belum mengeluarkan resolusi resmi, desakan internasional agar kedua belah pihak menahan diri terus menguat.
PBB juga menegaskan komitmennya untuk memfasilitasi dialog demi mencegah konflik lebih besar yang dapat berujung pada perang skala regional di kawasan Timur Tengah.