Nasional – Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah menetapkan awal puasa Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Senin, 11 Maret 2024. Penetapan itu berdasarkan metode yang selama ini dipegang oleh organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu.

Metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal menggunakan perhitungan astronomi untuk menentukan awal bulan Hijriah. Dikutip dari laman muhammadiyah.or.id, penggunaan metode ini bukan tanpa alasan, melainkan berlandaskan pada dalil agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Terdapat tujuh alasan utama mengapa Muhammadiyah memilih metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal:

  1. Semangat Al-Qur’an: Al-Qur’an mendorong penggunaan hisab, sebagaimana tercantum dalam QS. Ar-Rahman [55]:5. Ayat ini menunjukkan pentingnya perhitungan dalam memahami pergerakan matahari dan bulan.
  2. Perintah Rukyat: Pada masa Rasulullah SAW, rukyat digunakan karena keterbatasan teknologi. Namun, perintah rukyat memiliki illat (sebab), yaitu untuk memastikan hilal terlihat.
  3. Ketidakmampuan Rukyat: Dengan rukyat umat Islam tidak bisa membuat kalender, apalagi kalender global hingga sekian puluh atau seratus tahun yang akan datang. Rukyat tidak dapat dijadikan sarana untuk menentukan penanggalan jauh ke depan, sebab tanggal baru bisa diketahui pada H-1, yang dalam konteks Indonesia menyebabkan masyarakat di daerah Timur bingung untuk mengakhiri rangkaian ibadah ramadhannya termasuk shalat tarawih karena di daerahnya telah masuk waktu isya’ sementara di Jakarta masih sore dan menunggu sidang itsbat yang sejatinya tidak diperlukan.
  4. Ketidakmampuan Rukyat Memersatukan Umat: Rukyat tidak dapat menyatukan awal bulan Islam secara global karena visibilitas hilal berbeda di setiap wilayah.
  5. Jangkauan Rukyat Terbatas: akibatnya rukyat fisik tidak dapat menyatukan awal bulan Qomariah di seluruh dunia. Pada sisi lain ilmu astronomi telah mengalami kemajuan pesat dan dapat menjadi solusi yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara agama maupun saintifik.
  6. Perubahan Zaman: Pada masa Nabi rukyat tidak problematik karena terbatasnya wilayah umat Islam pada masa Nabi saw, tidak seperti saat ini yang telah mendunia.
  7. Masalah Puasa Arafah: Rukyat menimbulkan masalah pelaksanaan puasa Arafah, karena di Makkah belum terjadi rukyat sementara di kawasan sebelah Barat sudah terukyat, demikian pula sebaliknya. Sehingga bisa terjadi kawasan lain berbeda satu hari dengan Makkah dalam memasuki awal bulan Qomariah. Akibatnya kawasan ujung Barat bumi tidak dapat melaksanakan puasa Arafah karena wukuf di Arafah jatuh bersamaan dengan hari Idul Adha.(ren)

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *